
JABARNETWORK|BANDUNG – Jenis tanah dengan kedalaman 30 meter di Surabaya didominasi oleh tanah lunak atau SE.
Selebihnya di beberapa titik teridentifikasi memiliki klasifikasi tanah sedang atau SD dan tanah keras.
Hal tersebut berdasarkan hasil kajian mikrozonasi di Kota Surabaya pada 2020 yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kota Surabaya bersama Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pusat.
Fungsional Madya Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG pusat Ariska Rudianto menjelaskan, pada 2020 lalu BMKG melalui Pusat Seismologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu telah melakukan kajian mikrozonasi di Kota Surabaya.
“Kajian itu dilakukan dengan cara pengukuran parameter kecepatan rata-rata gelombang geser,” jelas dia dilansir JABARNETWORK laman resmi Pemkot Surabaya diunggah Selasa 7 Maret 2023.
Pengukuran tersebut dilakukan di 123 titik lokasi dengan kedalam 30 meter. Sedangkan pengukuran mikrometer dilakukan di 102 titik, dan pengukuran estimasi kedalaman dilakukan di 8 titik lokasi.
Hasil dari kajian tersebut, secara umum menunjukkan bahwa berdasarkan parameter klasifikasi, jenis tanah dengan kedalaman 30 meter di Surabaya didominasi oleh tanah lunak (SE). Selebihnya di beberapa titik teridentifikasi memiliki klasifikasi tanah sedang atau SD dan tanah keras.
“Estimasi kedalaman batuan dasar teridentifikasi pada kedalaman 304 – 739 meter, periode dominan tanah teridentifikasi pada nilai periode antara 0,259 detik hingga 3,683 detik. Sedangkan untuk hasil analisis indeks kerentanan,” kata dia. “Seismik dan regang geser tanah, di Surabaya menunjukkan hasil bervariasi dari indeks tingkat rendah hingga tinggi,” sambung dia.
Survei Mikrozonasi Kembali Dilakukan
Ariska Rudianto menambahkan, survei mikrozonasi (kerentanan seismik) kembali dilakukan di 2023. Kali ini survei dilakukan bertujuan untuk mitigasi bencana gempa bumi, juga untuk melengkapi data survei mikroorganisme tahun 2020.
Survei mikrozonasi dilakukan sejak Februari sampai Maret 2023. Kajian tersebut dilakukan di 48 titik lokasi pengukuran baru, penambahan pengukuran mikrometer ada di 97 titik lokasi. Sedangkan pengukuran estimasi kedalaman berada di 9 titik lokasi pengukuran baru.
Selain itu, melakukan kajian pengukuran parameter anomali percepatan gravitasi di 400 titik, yang tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya.
Kajian itu dilakukan pada bangunan hotel, rumah sakit hingga perguruan tinggi di masing-masing wilayah utara, barat, selatan, tengah dan timur Surabaya.
“Kami harap hasil kajian dan evaluasi kerentanan bangunan itu nanti bisa menjadi dasar bahan masukan serta informasi, baik itu untuk pemerintah daerah maupun pusat,” tambahnya.
Kajian yang dilakukan oleh BMKG pusat diantaranya, mendeteksi rata-rata gelombang geser hingga kedalaman 30 meter, estimasi kedalaman (engineering bedrock), periode dominan tanah, mendeteksi informasi indeks kerentanan seismik dan skala regang geser tanah (ground shear strain).
“Hasil dari kajian ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penyusunan rencana tata ruang di wilayah setempat. Seperti perumusan peraturan, dan perundang-undangan terkait perencanaan pembangunan infrastruktur yang berwawasan mitigasi bencana,” ucap dia.***