JABARNETWORK|BANDUNG – Anggota DPRD dari Fraksi PDIP Yadi Nurbahrum mengkritik mutasi pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau eselon II di lingkungan Pemkab Purwakarta.
Kritik tersebut disampaikan Yadi Nurbahrum karena dirinya menduga mutasi yang terjadi di lingkungan Pemkab Purwakarta bukan karena atas dasar kinerja, tetapi karena alasan lain.
Dugaan tersebut muncul karena salah satu pejabat Pimpinan Tinggi Pratama atau eselon II di lingkungan Pemkab Purwakarta yang berkinerja baik justru malah dimutasi.
Pejabat yang dimaksud Yadi Nurbahrum yakni, Kepala Bapenda Purwakarta Asep Supriatna yang dimutasi menjadi kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Purwakarta.
“Saya paham mutasi atau alih tugas jabatan pada perangkat daerah itu menjadi kewenangan dan hak prerogatif bupati Purwakarta selaku Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK). Tapi saya tidak habis pikir saudara Asep Supriatnayang berkinerja baik kenapa dimutasi,” kritik Yadi Nurbahrumdilansir JABARNETWORK dari Sinarjabar diunggah Minggu 12 Maret 2023.
Padahal kata dia, sebagai mantan anggota Komisi II DPRD Purwakarta dan mitra dari Bapenda Purwakarta. Ia mengetahui selama Asep Supriatnamenjabat sebagai Kepala Bapenda Purwakarta memiliki rekam jejak kinerja yang baik.
“Sejak dipimpin Asep Supriatna, Bapenda Purwakarta mengalami kemajuan. Saya tahu persis perkembangannya. Dari Bapenda Purwakarta saat dipimpin saudara Nina Herlina, dan kemudian digantikan saudara Asep Supriatna, kondisinya sangat jauh mengalami perkembangan,” tegas dia.
Yadi Nurbahrum Bela Asep Supriatna
Yadi Nurbahrum mengklaim dirinya adalah salah satu orang yang menjadi saksi bagaimana peran Asep Supriatna bagi Bupati Purwakarta, Anne Ratna Mustika.
“Saya punya kisah pada saat proses paripurna penetapan APBD 2020. Pada saat paripurna tersebut awalnya Fraksi PDIP DPRD Purwakarta tidak hadir semuanya, atas instruksi partai.
Terlebih memang esok harinya akan ada acara peresmian kantor DPC oleh Sekjen DPP (acara paripurna malam hari),” ungkap dia.
Partai kecewa, sebab pada saat itu arah APBD 2020 yang keberpihakan terhadap publiknya kecil. Kemudian pada ukul 20.30 WIB, paripurna sudah dimulai dan Fraksi PDIP DPRD Purwakarta malam itu masih tetap di Sekretariat DPC.
“Tetapi tidak lama kemudian datang saudara Asep Supriatna ke DPC menemui Ketua DPC PDIP, karena diutus bupati,” jelasnya.
Ia mengakui, Asep Supriatna dekat dengan Ketua DPC PDIP, sudah berteman lama, bahkan masih ada ikatan saudara dari mertuanya saudara Asep Supriatna.
“Setelah ada pembicaraan yang lumayan cukup lama, dan saya tahu saudara Asep Supriatna setengah memohon. Akhirnya pada saat itu saya yang diutus untuk membacakan pandangan akhir Fraksi. Saya datang seorang diri dengan menggunakan kendaraan yang saudara Asep Supriatna kemudikan sendiri. Saudara ketua terucap ieu mah karena ninggali amang (Asep), jeung ninggali Kang Dedi (Ini karena melihat Asep Supriatna, sama karena menghargai Kang Dedi,” ujar dia.
Setelah mendapat perintah dari Ketua DPC PDIP Purwakarta, akhirnya dirinya datang ke paripurna penetapan APBD 2020.
Lalu, kebetulan atau memang momentumnya harus begitu, pada saat dirinya masuk dan membuka pintu ruang paripurna. Pada saat itu bersamaan Ketua DPRD Purwakarta memanggil dan mempersilahkan Fraksi PDIP DPRD Purwakarta untuk menyampaikan pendapat akhirnya, dan dirinya langsung menuju podium.
“Coba dibayangkan kalau seandainya saat itu tidak ada upaya dari saudara Asep Supriatna, mungkin akan ada penetapan APBD tanpa pandangan umum seluruh fraksi, dan belum pernah terjadi di Kabupaten Purwakarta. Kalau itu terjadi akan dikemanakan muka saudara bupati pada saat itu,” ucap dia.
Ia menduga mutasi Asep Supriatna bukan terkait kinerjanya, lebih kepada faktor kedekatan saudara Asep Supriatna dengan Dedi Mulyadi.***